Saturday, October 27, 2012

Dedy's Birthday

Barusan Hanafi sms minta kirimin puisi yang saya buat untuk hadiah ulang tahun Dedy. Entah kenapa jadi ingin nulis tentang hari itu.

Jadi waktu itu (Minggu, 14 Oktober 2012) saya lagi duduk termenung seorang diri di meja makan, ditemani ponsel dan hujan. Tiba-tiba aja ponsel saya bunyi; dari Hanafi. Hanafi bilang besok Dedy ulang tahun, dia nawarin patungan untuk beli kue ulang tahun. Saya sih oke-oke aja. Tapi nggak lama saya mikir, kalau besok Dedy udah ulang tahun, kapan mau kumpulin uangnya, kapan mau beli kuenya? Lalu Hanafi bilang kumpulin uangnya besok, beli kuenya pas pulang sekolah, ntar ajak Dedy keliling-keliling dulu sementara yang cewek beli kue. Saya hanya ber'oh' ria. Terus Hanafi tanya, ada ide untuk kasi Dedy kado nggak. Sms yang itu nggak saya balas, soalnya saya sama sekali nggak ada ide waktu itu. Entah kenapa saya merasa kok pemikiran saya pagi itu ribet sekali .

Oke, lalu Senin-nya saya ngasihin uang patungan ke Hanafi, lalu belajar, lalu sampai ke jam pulang sekolah. Hanafi mau nemenin Dedy cari sepatu dalam rangka menjauhkan Dedy dari sekolah. Utin sama Endah dapat tugas beli kue. Lalu saya, Utru (red: Atra), Dina, Lydia, Dwi, Arum, Dela, Eca, sama Nadya bertugas nyiapin kelas yang mau dipakai sekaligus minta izin ke Kepala Sekolah kalau mau ngadain pesta kejutan (dulu waktu kelas X pernah ngerayaain ulang tahunnya Utin, buat kelas kotor, besok paginya sekelas dipanggil ke hall menghadap Kepala Sekolah sama Wakil Kesiswaan. Ah, tapi itu cerita yang lain). Tapi toh pada akhirnya saya dan yang lain hanya foto-foto gaje.

Terus nggak lama kue datang. Nadya sms Hanafi melaporkan kalau semua persiapan udah siap. Hanafi langsung membawa Dedy kembali ke sekolah tercinta. Pas Dedy masuk ke kelas yang sudah disiapkan (itu kelas saya yang dipakai), kami yang cewek langsung nyanyi selamat ulang tahun, tapi demi apa, Dedy langsung lari ke parkiran. Dan Hanafi, seperti seorang tokoh utama dalam film-film Bollywood, langsung lari mengejar Dedy. Saya nggak tau apa yang mereka bicarakan, tapi yang jelas Dedy bisa dibawa kembali ke markas. (PS: saya membayangkan Hanafi berpose seperti ini  )

Lalu kami nyanyi, lalu tiup kue, lalu potong lilin, lalu makan-makan. Kue pertama Dedy kasihin ke Hanafi. Mereka emang teman baik sih. Dedy malu-malu! Dia bahkan nggak mau difoto (walau akhirnya mau setelah dipaksa).



Dedy potong kue. Tangan yang di atas tas itu tangan saya. Dan ada bok*********ong Hanafi yang eksis di belakang. Oke, abaikan dua kalimat terakhir.


Kue ulang tahun Dedy. Saya nggak tau tangan siapa yang numpang eksis itu. Daleman kuenya warna ijo. Rasa cocopandan mungkin. Saya sendiri juga nggak begitu mikirin rasa *eh


Kue pertama Dedy. Untuk sahabat tertjintah.



Foto alaynya cewek-cewek. Yang Kiri depan itu Dela, lalu Nadya, lalu Utin, Eca, Dwi. Terus dari yang kiri belakang Endah sama Arum.


Cewek-cewek unyu. Saya lupa siapa yang ngefotoin.


Kiri-kanan : Dedy, Utin, Hanafi. Kotak tissue di pojok kiri bawah itu kelompok saya yang buat. Terus gambar gaje di dekat Dedy itu juga saya yang buat.

Ah iya. Waktu saya liat ada motor lewat di depan rumah saya. Saya dapat inspirasi puisi. Sebenarnya mau saya jadiin kado untuk Dedy. Tapi kayaknya sama Hanafi nggak dikasihin. Kata Hanafi sih bagus, tapi saya tau masih perlu banyak perbaikan di sana dan di sini. Belum saya kasih judul sampai sekarang.

senja menelikung di tepi perempatan,
membawa sunyi menerangi rerumputan,
sudah berapa lama kau berjalan?
apa kau punya jawab 'tuk tanya tujuan?

malam berlari dalam dekapan detik,
kau berenang seperti anak itik,
coba menggapai suatu titik,
walau kau selalu ditemani rintik.

jangan lagi berkaca dalam cermin semu,
tak kan dapat kau bertemu,
pahat titik zenithmu,
selagi eksistensinya masih menyelimuti; waktu.

Gaje banget. Apalagi pas ujung-ujungnya. Oke, selamat ulang tahun Dedy, semoga makin dewasa, makin rajin belajar, pokoknya semoga tahun ini berkah untuk kamu..

0 comments:

Post a Comment

 

Designed by 100 Web Hosting