Saturday, October 27, 2012

Drama XI IPA II

saya lagi semangat nulis nih. nah, saya mau cerita tentang tugas drama bahasa indonesia xi ipa ii. jadi waktu itu, saya lupa tanggal berapa, yang jelas udah lama. kami sekelas dapat tugas buat drama dari guru bahasa indonesia. dari awal saya sudah bisik-bisik sama utru mau sekelompok sama nadya, uwik, arif, sama hanafi. tapi ternyata yang milih kelompok bu herlina, jadi rencana itu terpaksa dibatalkan. tapi ternyata, saya sekelompok sama arif dan hanafi. selain dua lelaki itu, di kelompok saya ada dina, septiany, sama alya. well, permulaan yang bagus. terus waktu milih undian untuk maju urutan ke berapa, kelompok saya masih dalam lingkup payung keberuntungan, kelompok saya dapat urutan nomor lima alias paling terakhir.

kami dikasih waktu seminggu untuk buat naskah, latihan, dan segala macamnya itu. awalnya kami kelimpungan mau pakai naskah apa. sampai seminggu pertama itu kelompok saya belum ada kemajuan. sampai waktu hari senin bu herlina bilang kalau tampilnya hari rabu. nah jadwal kami bentrok. selasa mau ambil nilai praktek renang. kalau mau cepat teks udah harus jadi hari senin itu. kalau bisa bolos renang kami bolos renang, tapi hari selasa ternyata arif nggak masuk. percuma, nggak bisa latihan. waktu itu suasananya genting banget. pas pulang sekolah hari senin itu, katanya mau diskusikan naskah. tapi ternyata yang bisa cuma saya sama hanafi. jadilah saya sama hanafi (plus dua orang nggak diundang, utru sama tri) duduk-duduk di selasar kelas mendiskusikan drama yang bakal ditampilkan.

awalnya hening, menghayalkan drama yang cocok. sampailah suatu ketika hanafi mencetuskan ide brilian. dia punya salah satu buku serial anaknya tere liye, katanya ada satu cerita yang cocok, pakai itu aja. kata bu herlina sih boleh ambil dari berbagai sumber, tapi jangan lupa cantumin sumbernya. maka saya pun setuju-setuju aja. waktu itu, karena waktu udah mepet, saya suruh hanafi ambil bukunya. biar saya tulis jadi naskah drama ntar malam. jadi hari selasa udah bisa latihan. tapi demi apa, hanafi nggak mau ambil bukunya. alasannya sederhana, malas. saya bilang kalo gitu ntar di-scan, kirimin hasilnya ke e-mail saya. dia bilang iya. ya udah setuju kaya gitu. saya pun pulang.

tapi demi apa, malamnya hanafi sms, bilang kalau nggak bisa online untuk ngirim hasil scan. saya kelimpungan sendiri. saya tanya sama bapak saya, ada naskah drama nggak. ada, tapi ternyata nggak begitu sesuai dengan yang saya harapkan. ya udah, saya terus buka majalah saya. nyari-nyari cerpen yang cocok untuk diubah jadi drama. ada satu. saya langsung ketik. gak peduli teman yang lain mau nggak pakai drama kaya itu. waktu beneran udah mepet. jadi ya..., mau nggak mau.

besoknya pas di sekolah hanafi bilang naskah itu terlalu gaje. dia juga udah bawa bukunya (Pukat; Serial Anak-Anak Mamak oleh Tere Liye). saya disuruh baca, dan ternyata ceritanya memang bagus. lalu saya sama hanafi kepikiran, gimana kalau bujuk be herlina supaya jangan tampil rabu. pas istirahat-udah-masuk saya sama hanafi ke tempat bu herlina (waktu itu bu herlina lagi ngajar di xi ips i). membujuk. segala macam alasan kami sampaikan. dan akhirnya bu herlina membolehkan kelompok kami untuk tampil minggu depan (senin). jadi lah hari itu kami bisa ikut praktek renang.

nah, ada lagi masalah satu. mau latihan kapan? jadwal teman-teman saya nggak ada yang cocok. rumah juga pada jauh-jauh (paling jauh rumah saya). tapi tiba-tiba aja dina ngusulin untuk latihan di rumah saya. saya kaget. apa iya mereka mau? rumah saya jauh lo. tapi dina bilang nggak apa, sekalian jalan-jalan. akhirnya diputuskan latihan di rumah saya hari jumat.

nah jadi sampai ke hari jumat itu. mereka bilang mereka kumpul di sekolah dulu jam setengah dua. ntar ke rumah saya-nya bareng-bareng. waktu itu mendung gelap banget, gerimis juga udah mulai turun. saya sms hanafi, kalau nggak jadi datang nggak apa kok. latihan bisa hari sabtu atau minggu. tapi hanafi tetep ngeyel, dia bilang; tunggu.

lalu sekitar jam tiga kurang lima belas dina telpon. ternyata mereka kelewatan. saya bilangin, rumah saya lurus, belok kiri, ntar rumahnya di sebelah kiri. akhirnya saya tunggu mereka di depan rumah. dan muncullah dina, alya, sama septiany. waktu saya tanya kemana dua lelaki itu, katanya mereka naik motornya lelet, jadi ketinggalan.

arif sama hanafi dateng pas jam tiga. mereka sholat asar dulu. lalu mulai latihan drama jam empat. waktu latihan drama arif sama dina sibuk ngegombal. hanafi sibuk ngemil. alya sibuk sama ponsel. septiany seperti saya; mengamati. nah, akhirnya latihan selesai jam lima. saya benar-benar salut sama mereka. mau dateng ke rumah saya. kelamaan di jalan. kehujanan. *peluk*

lalu hari senin tiba-tiba saja udah didepan mata. bahasa indonesia pelajaran pertama, dan kenapa juga dramanya itu harus dipentaskan di hall?! untung aja nggak ada yang olahraga. jadi setidaknya rasa malu nggak seberapa.

sambil nunggu giliran, kami nonton drama punya kelompok lain.


kelompok satu tentang parodi hansel and gretel. jadi bahasanya gaul gitu.



itu utru sama adit, ibu sama bapak.


furqon sama maulida, hansel sama gretel.


masih furqon sama maulida. lagi nyebarin permen di hutan.


furqon, maulida, sama faqih. hansel, gretel, sama tante alay. ceritanya jadi kaki tangan nenek jahat.


ini waktu mereka kembali lagi dan hidup bahagia selamanya.


terus kelompok dua. judul dramanya 'misteri kematian kakek'. saya nggak begitu nyimak. kayaknya ada narkoba, dan entah apa lagi. ini kelompoknya nadya =)


pembukaan, niseng sama acul.


niseng.


acul gak hapal teks!


saya nggak tau ini lagi ngapain. ada nadya =3


kelompok tiga. tentang keluarga yang nggak harmonis terus berubah harmonis setelah anak pertama (Alex) kecelakaan.


iudy sama hafizh, papa sama alex. ni si alex baru pulang. papanya marah-marah.


iudy sama sherly, papa sama mama. ceritanya mama lagi pulang malem dari kantor.


alex. gak tau lagi ngapain.


hafizh sama dwi, alex sama sesil, adeknya. si alex mau pergi dari rumah. dihalangi sesil.


ini waktu si alex di rumah sakit.


kelompok empat. saya bener-bener gak nyimak ini. padahal kelompok saya dapat tugas ngomentarin drama kelompok empat.


ini yanti lagi nelpon. nelpon pencuri kalo gak salah.


yang pakai kresek itu ceritanya jadi anak yanti yang diculik.


pose elva sama welly lucu. duo polisi kocak.


kayaknya ini mau ngembalikan yang terculik deh.


dan tada! sampailah kita ke kelompok terakhir a.k.a kelompok saya. ceritanya tentang keluarga harmonis yang anaknya jahil-jahil. mamak (saya) cerewet, tapi sayang banget sama keluarga. bapak (arif) bijaksana, kepala dingin pokoknya. eliana (septiany) anak baik yang sekolah di kota. pukat (hanafi) pintar, tapi kadang jahil. burlian (dina. sebenarnya burlian cowok. tapi karena cowoknya kurang ya terpaksa cewek deh) banyak tanya, anak buah pukat. amelia (alya) penurut walau kadang malas. jadi suatu hari mamak, pukat, sama burlian lagi nebas rumput. pukat pulang duluan. dihukum mamak tidur di luar sama nggak boleh makan malam. akhirnya pukat sakit. selama sakit mamak yang ngurusin pukat. inti ceritanya sih gitu. yang udah baca bukunya pasti tau cerita yang dimaksud.


waktu sarapan. arif gak hapal naskah -.-


daddy and child's time. mamak lagi pergi ke rumah siapa gitu, saya lupa.



masih daddy and child's time.


waktu pukat, burlian, sama mamak nebas rumput. tangan saya eksis 8)


ini waktu pukat dihukum mamak. terus dinasihatin sama bapak.


bapak ngebujuk mamak supaya memaafkan pukat. mamak tetap nggak mau ngebiarin pukat masuk.


ini fotonya udah saya rotare, tapi kenapa masih kaya gini? -.-
ini waktu pukat minta maaf ke mamak.


saya sendiri cukup puas sama drama yang kelompok saya tampilkan. sampai sekarang kadang saya masih suka digodain sama nadya sama alya perihal bapak ngebujuk mamak. ada kalimat yang..., well..., uh, romantis gitu deh. ah, segitu dulu saja cerita saya. kapan-kapan saya ceritain hal lain lagi. ja ne...!

Dedy's Birthday

Barusan Hanafi sms minta kirimin puisi yang saya buat untuk hadiah ulang tahun Dedy. Entah kenapa jadi ingin nulis tentang hari itu.

Jadi waktu itu (Minggu, 14 Oktober 2012) saya lagi duduk termenung seorang diri di meja makan, ditemani ponsel dan hujan. Tiba-tiba aja ponsel saya bunyi; dari Hanafi. Hanafi bilang besok Dedy ulang tahun, dia nawarin patungan untuk beli kue ulang tahun. Saya sih oke-oke aja. Tapi nggak lama saya mikir, kalau besok Dedy udah ulang tahun, kapan mau kumpulin uangnya, kapan mau beli kuenya? Lalu Hanafi bilang kumpulin uangnya besok, beli kuenya pas pulang sekolah, ntar ajak Dedy keliling-keliling dulu sementara yang cewek beli kue. Saya hanya ber'oh' ria. Terus Hanafi tanya, ada ide untuk kasi Dedy kado nggak. Sms yang itu nggak saya balas, soalnya saya sama sekali nggak ada ide waktu itu. Entah kenapa saya merasa kok pemikiran saya pagi itu ribet sekali .

Oke, lalu Senin-nya saya ngasihin uang patungan ke Hanafi, lalu belajar, lalu sampai ke jam pulang sekolah. Hanafi mau nemenin Dedy cari sepatu dalam rangka menjauhkan Dedy dari sekolah. Utin sama Endah dapat tugas beli kue. Lalu saya, Utru (red: Atra), Dina, Lydia, Dwi, Arum, Dela, Eca, sama Nadya bertugas nyiapin kelas yang mau dipakai sekaligus minta izin ke Kepala Sekolah kalau mau ngadain pesta kejutan (dulu waktu kelas X pernah ngerayaain ulang tahunnya Utin, buat kelas kotor, besok paginya sekelas dipanggil ke hall menghadap Kepala Sekolah sama Wakil Kesiswaan. Ah, tapi itu cerita yang lain). Tapi toh pada akhirnya saya dan yang lain hanya foto-foto gaje.

Terus nggak lama kue datang. Nadya sms Hanafi melaporkan kalau semua persiapan udah siap. Hanafi langsung membawa Dedy kembali ke sekolah tercinta. Pas Dedy masuk ke kelas yang sudah disiapkan (itu kelas saya yang dipakai), kami yang cewek langsung nyanyi selamat ulang tahun, tapi demi apa, Dedy langsung lari ke parkiran. Dan Hanafi, seperti seorang tokoh utama dalam film-film Bollywood, langsung lari mengejar Dedy. Saya nggak tau apa yang mereka bicarakan, tapi yang jelas Dedy bisa dibawa kembali ke markas. (PS: saya membayangkan Hanafi berpose seperti ini  )

Lalu kami nyanyi, lalu tiup kue, lalu potong lilin, lalu makan-makan. Kue pertama Dedy kasihin ke Hanafi. Mereka emang teman baik sih. Dedy malu-malu! Dia bahkan nggak mau difoto (walau akhirnya mau setelah dipaksa).



Dedy potong kue. Tangan yang di atas tas itu tangan saya. Dan ada bok*********ong Hanafi yang eksis di belakang. Oke, abaikan dua kalimat terakhir.


Kue ulang tahun Dedy. Saya nggak tau tangan siapa yang numpang eksis itu. Daleman kuenya warna ijo. Rasa cocopandan mungkin. Saya sendiri juga nggak begitu mikirin rasa *eh


Kue pertama Dedy. Untuk sahabat tertjintah.



Foto alaynya cewek-cewek. Yang Kiri depan itu Dela, lalu Nadya, lalu Utin, Eca, Dwi. Terus dari yang kiri belakang Endah sama Arum.


Cewek-cewek unyu. Saya lupa siapa yang ngefotoin.


Kiri-kanan : Dedy, Utin, Hanafi. Kotak tissue di pojok kiri bawah itu kelompok saya yang buat. Terus gambar gaje di dekat Dedy itu juga saya yang buat.

Ah iya. Waktu saya liat ada motor lewat di depan rumah saya. Saya dapat inspirasi puisi. Sebenarnya mau saya jadiin kado untuk Dedy. Tapi kayaknya sama Hanafi nggak dikasihin. Kata Hanafi sih bagus, tapi saya tau masih perlu banyak perbaikan di sana dan di sini. Belum saya kasih judul sampai sekarang.

senja menelikung di tepi perempatan,
membawa sunyi menerangi rerumputan,
sudah berapa lama kau berjalan?
apa kau punya jawab 'tuk tanya tujuan?

malam berlari dalam dekapan detik,
kau berenang seperti anak itik,
coba menggapai suatu titik,
walau kau selalu ditemani rintik.

jangan lagi berkaca dalam cermin semu,
tak kan dapat kau bertemu,
pahat titik zenithmu,
selagi eksistensinya masih menyelimuti; waktu.

Gaje banget. Apalagi pas ujung-ujungnya. Oke, selamat ulang tahun Dedy, semoga makin dewasa, makin rajin belajar, pokoknya semoga tahun ini berkah untuk kamu..

 

Designed by 100 Web Hosting