"Cita-cita w apa?"
"W masih bingung."
"Harus dipikirkan dari sekarang lho w. Kita udah kelas dua. Ntar kalau kelas tiga pasti udah mulai milih fakultas."
"Aa."
"Kalau d sih pengennya jadi dosen. Tapi Mbak Tia nyaranin jadi guru."
"..."
"Gimana pun kita harus tetep kerja w. Paling nggak punya uang yang memang sepenuhnya hak kita. Jadi suami nggak bisa ganggu gugat."
"..."
"Terus kalau pilih kerja jangan yang terlalu banyak di tempat kerja. Kita ini perempuan. Harus ngurusin anak, suami, rumah. Kita harus punya waktu untuk ngurusin itu semua."
.x.
Saya jadi kepikiran kata-kata Diera waktu saya main ke rumahnya seminggu yang lalu. Kami lagi di Warung Ijo waktu ngomongin tentang cita-cita.
Cita-cita, ya?
Cita-cita saya itu sering berubah. Dulu waktu kecil saya ingin menjadi dokter. Kemudian pindah ke balerina (ini ketika saya habis membaca Toe Shoes). Kemudian pindah ke dokter anak, kemudian ke dokter kehamilan. Kemudian pemimpin World Bank. Kemudian..., entahlah. Saya lupa.
Cita-cita saya yang paling terakhir itu ingin menjadi Duta Besar. Kemudian kalau sudah pensiun, saya akan keliling dunia dengan uang yang sudah saya kumpulkan selama bekerja. Kedengarannya menyenangkan, bukan? Bertemu dengan orang asing. Mempelajari bahasa mereka. Menemukan teman di tempat yang tidak kita duga. Melihat banyak keindahan dunia. Saya mau jadi seorang backpacker.
Tetapi kemudian saya berpikir.
Tentunya hal seperti itu memerlukan banyak pengorbanan kan? Apakah nanti saya bisa mengurus anak saya ketika menjadi Duta atau backpacker? Apakah nanti saya bisa mengurus rumah tangga saya ketika saya menjadi Duta tau backpacker? Apakah orang-orang yang berada di sekitar saya memahami dan mendukung apa yang saya lakukan?
Entahlah. Saya juga bertanya-tanya.
Kemudian Duta Besar dan backpacker saya coret dari pemikiran saya. Hal-hal seperti itu sepertinya memerlukan banyak pengorbanan. Saya tidak ingin kehidupan dewasa saya berantakan, jadi ya begitu lah. Akan tetapi untuk saat ini saya belum mencoret cita-cita saya itu sepenuhnya. Saya masih ingin bertemu dengan orang asing, mempelajari bahasa mereka, menemukan teman di tempat yang tak terduga, melihat keindahan dunia, dan..., masih banyak lagi.
Saya tidak membiarkan semuanya mengalir seperti air. Menunggu di mana saya berhenti. Karena bagi saya itu suatu kepasrahan. Saya akan 'membuat' sesuatu. Entahlah, saya belum tahu saat ini apa tepatnya yang saya ubah, yang saya lakukan dalam hidup saya. Tapi tentu nanti saya akan menemukannya. Dan ketika semua itu terjadi tentu saya akan menjadi orang yang bahagia. Karena saya menentukan, tentu saja.
0 comments:
Post a Comment