Friday, July 27, 2012

Dalam berpacaran tidak ada cinta, yang ada hanya nafsu. Cinta itu munculnya dalam sebuah pernikahan. Manusia diciptakan berpasangan. Seorang wanita yang baik (sifatnya), insyaAllah akan mendapat lelaki yang baik. Begitu pula sebaliknya. 
- Bu Hayatunufus; guru agama saya


*) picture taken from weheartit.com

Thursday, July 26, 2012


(taken from weheartit.com)

Sunday, July 15, 2012

Palette


what an awesome violinist, and i love him so much. Fukumen-saaann 

Friday, July 13, 2012

Sepuluh E

Saya tidak tahu mau memulai dari mana. Mungkin dari kekhawatiran saya ketika tanggal empat-belas Juli tahun lalu.

Pagi itu saya melakukan rutinitas pagi seperti biasa. Mandi, sarapan, kemudian berangkat sekolah. Saya memakai seragam SMP yang biasa, kemeja putih dan rok biru. Dan juga tas yang saya pakai masih sama dengan tahun ajaran yang baru saja lewat. Bapak mengantar saya ke sekolah. Akan tetapi kali ini tujuannya berbeda. Bukan lagi SMP Negeri 10 Pontianak, melainkan SMA Negeri 3 Pontianak. Ya, saya baru saja diterima di SMA.

Ketika itu saya diberi tahu oleh Indra kalau saya masuk ke kelas XA. Karena saya tidak ikut Masa Orientasi Siswa dengan alasan tertentu, saya bertanya di mana kelas saya itu kepada Ibu Kepala Sekolah. Bu Kepala Sekolah menunjuk salah satu kelas yang di depannya banyak segerombolan murid. Saya menghela napas dan mulai mengayunkan kaki saya ke sana.

Saya langsung disambut oleh pandangan bertanya penghuni XA. Mereka menatap saya dengan heran. Tak ingin menjadi tujuan pandang mereka, saya langsung menuju meja pojok paling belakang. Meja itu sempit dan penuh dengan barang-barang selama MOS berlangsung. Ada seseorang yang menyingkirkan benda-benda itu. Saya tidak tahu siapa namanya. Bahkan kami tidak saling bertegur sapa. Kelas itu penuh dengan wajah-wajah yang tidak saya kenal.

Belum lama saya menghenyakkan diri saya di meja sempit itu, seorang anak perempuan (yang belakangan baru saya ketahui sering dipanggil Butet) memanggil saya dan mengatakan; Widya Aryani kelasnya di E. Saya bergegas mengamit ransel saya dan berjalan keluar kelas. Selama saya menuju pintu, anak kelas A menyoraki saya. Saya tidak tahu apa yang salah dengan salah masuk kelas. Yang saya tahu, mereka menyebalkan.

Saya bertemu dengan Indra di koridor ketika saya hendak menuju kelas-E-yang-entah-ada-di-mana. Ia menyapa saya, dan saya menanyakan kelas E padanya. Dan ia menunjuk kelas paling ujung. Di persimpangan koridor. Singkatnya saya sampai di kelas E dan mencari kursi kosong. Ada. Di dekat dinding nomor dua dari depan. Seorang perempuan berkerudung duduk sendirian di sana. Saya bertanya apakah saya boleh duduk di sana, dan ia mengangguk. Namanya Maulidya Septiani. Dia meminta saya menulis di buku hijaunya nama, alamat, dan nomor ponsel saya. Ternyata di kelas itu ada Rahmat Ilahi, teman SMP yang cukup akrab. Ia sempat duduk di sebelah saya dan bercerita tentang anak lelaki yang tidak disukainya. Entahlah, saya tidak terlalu mendengarkan.

Kemudian ada seorang guru masuk. Ia membawa absen. Ternyata kelas yang sekarang itu kelas MOS, kelas tidak resmi. Ia menyuruh kami memeriksa absennya. Kalau nama kami tertera di sana berarti kami tetap di kelas XE. Dan saya menemukan nama saya di sana, nomor tiga-puluh-satu. Hanya saya dan Maulidya Septiani (yang ternyata juga di kelas E) yang tinggal. Ia pindah ke baris sebelah kiri, sedangkan saya tetap tinggal. Mungkin saya tidak begitu menarik baginya untuk dijadika teman duduk. Satu per satu teman sekelas saya mulai masuk. Saya tidak begitu memerhatikan. Tetapi saya menyadari kalau sampai anak terakhir yang masuk ke kelas tidak ada yang mau duduk di sebelah saya. Mungkin aura saya tidak begitu menyenangkan. Tetapi ada yang datang lagi, Atrasina Azyyati, teman akrab saya di tempat les. Dan ia menghenyakkan diri di samping saya.

.x.

Ternyata mereka menyenangkan, teman-teman baru saya itu. Saya akan memperkenalkan satu-satu.

Mulai dari mereka yang duduk satu baris dengan saya. Here we go..




Helmi Aditya Wibowo a.k.a Platyhelmintes
Dia pintar di pelajaran TIK, suka utak-atik komputer, dan kadang menyebalkan. Saya masih ingat ketika dia mencontek di pelajaran Biologi. Dia menyelipkan contekan dan hampir ketahuan Bu Dwi. Tapi untung saja kertasnya jatuh ke pahanya, jadi Bu Dwi tidak menginterogasi lebih lanjut. Kalau habis olah raga dia suka buka baju dan berdiri di bawah kipas angin (yang sayangnya posisi kipas angin itu ada di bawah saya). Dan baunya itu benar-benar buat tidak betah. Awalnya Bowo duduk dengan Fajri, tapi entah kenapa kemudian Fajri pindah ke belakang dan tempatnya digantika oleh Izul.

Zulfiandy a.k.a Zul
Izul itu menyebalkan! Dia suka bergendang di meja saya dan menaruh tangannya di meja saya. Setiap hari saya selalu bertengkar dengan Izul. Dia itu sedikit dikucilkan oleh anak cowok di kelas, saya sendiri tidak tahu kenapa. Dia sering dicontek oleh anak cowok. Tapi anak cowok nggak mau nyontekin Izul. Dia sering nyempil kalau kami sedang nonton film di laptop. Dia juga suka minta kuaci Atra dan sampahnya dibuang di meja Atra. Dan hal itu tentu sering membuat Atra meledak, hoho.. Izul memang menyebalkan, tapi kalau tak ada dia terkadang juga tidak ada yang didiskriminasi. Dan hal itu membuat bosan. Oh, Izul juga punya masalah bau badan, hihi..

Atrasina Azyyati a.k.a My Partner in Crime
Atra suka ngantuk waktu pelajaran Matematika, Kimia, Fisika, Ekonomi, dan entah apa lagi. Di bahkan pernah tidur di pelajaran sejarah yang untungnya tidak ketahuan Bu Ummi. Atra kalau datang suka cemberut. Katanya karena ia ngantuk. Kami berbagi banyak hal; impian, tawa, canda, kesedihan, contekan, ups. Atra sering bawa laptop. Dan terkadang kalau jam kosong kami sering memutar film dengan laptopnya. Tapi baru-baru ini laptopnya jadi rebutan untuk main Angry Birds. Saya masih ingat wajah sebalnya ketika ia sama sekali tidak menggunakan laptopnya seharian. Dan tebak apa yang terjadi dengan laptopnya? Digilir anak cowok untuk main Angry Birds, haha..
Terlalu banyak kalau saya jabarkan kebersamaan kami satu persatu. Yang jelas saya akan terus mengingat Atra, teman berbagi mimpi.

Endah Meilianti a.k.a Meimei
Meimei juga teman berbagi tawa, canda, mimpi, duka, contekan, dan gosip. Saya sudah pernah bercerita tentangnya di salah satu posting kan? Jadi saya tak perlu bercerita banyak lagi. Kami mulai dekat ketika bulan-bulan terakhir kami di kelas X. Dekat dalam arti yang benar-benar dekat. Saya bisa membagi masalah apa pun dengannya. Saya kecewa tidak satu kelas dengannya.

Indriana Kurniawati a.k.a Indri
Indri baik. Dia pernah mengantar saya pulang kemudian mengantar saya pergi ke kolam berenang. Dia bendahara kelas. Walaupun terkadang saya suka sebal karena ketika membahas tugas dia malah sibuk sma-an. Tapi dia juga teman bergosip yang oke!

Ahmad Nur Arief a.k.a Amat
Amat selalu baik. Dia mau dimintai tolong ke kantin atau koperasi, atau mengumpulkan tugas, atau mengambilkan barang. Dia juga pendiam, walau terkadang diamnya menghanyutkan. Amat juga suka Naruto, sama seperti saya. Dia teman diskusi Naruto yang asyik. Amat jarang marah. Bahkan waktu Meimei 'menghiasi' buku catatannya dengan gambar bunga atau ikan dia tidak marah. Amat sering mengamati. Ia jarang ikut dalam suatu err..., peristiwa. Ya, pokoknya seperti itu.

Dhuhan a.k.a Our Leader
Dhuhan juga terkadang diasingkan sama anak cowok di kelas. Dia sering main sama Utin. Dia wakil MPK. Dia sering jadi bahan guyon Pak Erwan. Dia umm, saya nggak tau banyak tentang Dhuhan. Yang jelas dia selalu tahu berita libur paling awal.


Okay then, second row..




Fifi Muslima a.k.a Fifi
'Fi, beli pulsa dong, sepuluh ribu.'<-- saya sering sms seperti ini nih ke Fifi. Terus Fifi suka bilang 'bukaaan~~~'. Fifi juga pernah ngatain Pak Adi 'alay'. Dan untungnya Pak Adi nggak marah. Fifi pinter, makanya kemarin dia dapat nilai tinggi seangkatan.

Ika Priyanti a.k.a Ika
Ika cerdas. Suka ajarin Matematika. Suka ajarin Fisika. Suka kasih semangat untuk ulangan Biologi. Suka 'pukpuk' saya kalau saya lagi sedih. Saya sendiri merasa Ika itu teman seperjuangan. Well, walau perjuangan dia lebih keras daripada saya. Ika itu orang baik, saya tahu.

Maulidya Septiani a.k.a Lydia
Teman duduk saya yang pertama, walaupun akhirnya dia pindah juga. Lydia pendiam. Dia juga pintar. Lydia ikut pakibra di sekolah. Dia salah satu danton yang keren. Dulu saya pernah nonton Pride and Prejudice sama Lydia, tapi belum selesai. Entahlah kapan kami bisa nonton sama-sama lagi.

Fani Ayu Anggreani a.k.a Fani
Fani terkenal dengan wajah seramnya, haha. Fani juga pendiam, tapi dia termasuk yang 'diam-diam menghanyutkan' menurut saya. Dan ternyata Fani juga suka baca fanfic. Tapi Fani bacanya di blog orang. Kalau istirahat Fani lebih sering di kelas. Dia juga nggak suka terlibat dalam suatu peristiwa. Menurut saya sifat kami mirip. Oh, Fani juga termasuk orang yang datang pagi ke sekolah.

Muhammad Farid Yuanditria a.k.a Farid
Karena posting ini temanya kenang-kenangan, jadi saya nggak terlalu banyak mengatakan kenangan jelek saya dengan Farid. Walaupun ternyata, lebih banyak kenangan jeleknya. Oke, saya bercanda. Farid mesum. Dia suka pose kayak perempuan. Terus Farid (via: Meimei) juga kasar. Dia juga NaruHina shipper, dan itu suka buat saya sama sia kelahi gara-gara masalah pairing. Farid juga suka nyontek, tapi kadang pelit kalau dimintai contekan. Tapi walaupun begitu, Farid juga teman diskusi anime yang asyik (walau akhirnya pasti debat pairing lagi).

Muhammad Fajri Saparianto a.k.a Fajri
Fajri awalnya duduk sama Helmintes, di depan saya. Tapi entah kenapa terus tukaran sama Ijul. Fajri suka (maksa) nyanyi. Biasanya Meimei suka ngomel kalau Fajri udah mulai nyanyi. Fajri juga suka gangguin Meimei. Terus Fajri juga suka rebutan laptop sama Atra, walaupun jelas itu laptopnya Atra. Biasanya dipakai main Super Mario atau Angry Birds. Fajri itu anak kesayangannya Guru Bahasa Indonesia tercinta. Dia suka bawa handuk mamang becak ke sekolah. Dan handuk kumalnya itu benar-benar dikalungin ke leher.

Rahmadan Satrio Nugroho a.k.a Rio
Saya nggak terlalu akrab sama Rio. Yang saya tahu paling cuma kebiasannya yang suka kentut sembarangan (waktu itu Rio pernah kentut di dekat Indri, terus Indri nangis saking baunya kentut Rio. Tapi setelah diselidiki ternyata Indri nangis bukan karena bau gas alamnya Rio), terus dia suka sama kakak kelas yang rumahnya dekat sama saya. Rio juga nggak suka Kimia. Waktu akhir semester dua, dia ngeklaim kalau dirinya sudah 'buta Kimia'.

Arbi Widiantoro a.k.a Arbi
Arbi itu setiap ada kesempatan pasti mampir ke kelas C. Ngecek ceweknya. Setiap istirahat pasti nongkrong di kelas C. Dulu pernah Bowo ikut nongkrong sama Arbi di kelas C. Dan mereka (Bowo, Arbi, Virna) membangkitkan imajinasi liar saya sama Atra, fufufu... Kalu habis olahraga biasanya Arbi suka buka baju terus duduk di bawah kipas angin. Tapi Arbi baik dalam urusan 'berbagi' (jawaban). Saya pernah satu kelompok dengan Arbi waktu olahraga. Waktu itu praktek voli. Arbi, Bowo, saya, Atra, Endah, Indri. Dan kami menang waktu main game lawan kelompok lain di kelas kami. Yah, walau harus saya akui, sebagian besar permainan dimainkan sama Arbi dan Bowo saja.


Third row, keep watchin'...



Erri Pratama a.k.a Erri
Itu saya nggak tau lagi di mana harus ambil foto Erri, jadi..., ya begitu lah. Erri punya jiwa wirausaha yang besar, terlihat jelas dari kebiasaan dia yang suka bawa barang-barang ke sekolah untuk dijual. Erri juga kalau ngelucu beneran lucu. Maksud saya, dia cuma nyeletuk sedikit aja, tapi celetukannya itu beneran konyol. Dan muka sok pasrahnya (atau lugu?) itu juga mendukung sekali. Tapi waktu masuk semester dua kelas X, Erri pindah ke Tunas Bangsa. Katanya karena nilainya tidak sesuai, entahlah, saya juga tidak terlalu perhatian. Erri juga mengusulkan nama Trio Bangkai untuk dia, Hanafi, sama Dedy. Pernah dulu waktu praktek renang di GOR, tali celananya Erri putus. Saya masih ingat wajah pasrahnya Erri waktu bilang ke Pak Hermawan.

Hanafi Afriza a.k.a Hanafi
Dia cocok jadi sekretaris kelas menurut saya, mengingat tulisannya yang rapi (bahkan lebih rapi dari saya).  Tapi mungkin sifat alaminya dia sebagai seorang laki-laki membuatnya malas untuk memegang jabatan itu. Hanafi suka belajar bareng sama Ika sama Fifi di berbagai pelajaran. Hanafi juga salah satu cowok yang nggak kaya anak cowok di kelas. Dia memang main bola, main voli, dan permainan lainnya, tapi dia baik. Maksudnya seperti hal kecil ini : dia nggak pernah balas memukul kalau ada yang memukul dia, dia juga sama sekali tidak tertarik dengan film biru yang lagi ditonton anak cowok di pojok belakang. Ah tapi itu menurut pengamatan saya sih.

Elsa Wanda Nurmalasari a.k.a Caca
Caca selalu bawa sisir ke sekolah, dan bedak, dan cermin kecil (beda banget sama saya yang jarang bawa sisir ke sekolah). Rambut Caca selalu rapi, tentu saja. Terus Caca juga baik. Khas anak remaja SMA yang menikmati harinya yang menyenangkan. Saya jarang ngomong sama Caca sih kalau di sekolah. Tapi sejauh ini saya tidak melihat hal negatif dari dia.

Siti Raihany Lutfiyyah a.k.a Hani
Hani itu kaya anak desa polos yang ternyata tidak sepolos pemikiran saya. Hani suka baca fanfic juga ternyata. Dan kalau Hani lagi marah itu lucu. Saya masih ingat waktu classmeeting saya ngebuntutin dia sampe sebel, hoho. Dan kata teman-teman, Hani itu manis (jangan terbang kalau baca ini Han). Kemarin dia minta Another sama saya. Tapi waktu saya tanya udah nonton sampai mana, dia dengan cengiran polosnya bilang kalau dia belum nonton karena; takut.

Dina Septiani a.k.a Dina
Dina itu senyumnya nggak putus-putus. Kalau dia senyum ke orang, sampai dia noleh ke orang lain pun senyumnya masih nempel. Saya nggak terlalu akrab sama Dina. Yang saya tahu dia ikut paskibra juga. Lalu entah kenapa dia suka dipanggil 'bulek' sama anak kelas lain.

Dedy Eko Prasetyo a.k.a Dedy
Dedy suka nggak masuk sekolah, saya sendiri nggak tahu kenapa. Terus Dedy suka main catur sama Bowo sama Arbi. Dia jago catur. Di balik citranya sebagai anak nakal, dia cukup dewasa. Dia pernah mencubit pikiran saya hanya dengan kalimat pendeknya. Oh, dan rasa kesetiakawanan Dedy patut diacungi jempol.

Dika Syafani Putri a.k.a Dika
Entah memang polos atau sok polos, saya nggak begitu tahu, Dika itu gampang dibodohi orang. Pernah waktu itu main lemlemtak (saya nggak tahu bahasa  Indonesianya lemlemtak itu apa), dia mau aja diarah-arahin ke anak cowok yang dia taksir. Memang sih matanya tertutup, tapi setidaknya harusnya dia sadar kalau lagi dikerjai. Apa lagi waktu anak lain sudah pada cekikikan. Dika itu teman DraMione shipper saya. Suka deh membahas Harry Potter atau Naruto sama Dika.

Utin Dana Kurnia Putri Sari a.k.a Utin
Utin termasuk petinggi di kelas. Bukan yang memegang jabatan, tapi yang bisa maksa anak lain melakukan sesuatu untuk kelas. Piket misalnya. Dan ini cukup efektif untuk anak-anak cowok yang pada malas. Utin juga kadang suka ngosip bareng saya sama Endah.


The last row... (Saya kurang komunikasi dengan baris terakhir ini, jadi jangan heran kalau saya menulis sedikit tentang mereka.)


Ristya Fitriani a.k.a Ristya
Ristya teman pinjam novel dan dia tahu alamat blog yang bagus.

Fajar Agustina a.k.a Fajar
Saya ingat dulu waktu beberapa hari masuk sekolah saya masuk gerbang sama Fajar. Dia negur saya, dan saya lupa siapa nama cewek ini. Saya merasa, saya sudah keterlaluan waktu itu.

Arum Pita Sari a.k.a Arum
Arum juga teman pinjam novel. Dia juga sering cerita tanpa diminta. Seperti misal saya waktu itu minta diceritakan benang merah I For You, tapi sama Arum malah diceritakan semua.

Azzahra Syafiqa a.k.a Sarah
Saya ingat waktu itu hujan lebat dan bapak nggak bisa jemput saya. Lalu Sarah menawarkan boncengan. Hujannya benar-benar lebat waktu itu. Kami benar-benar basah. Dan ternyata Sarah benar-benar mengantar saya sampai rumah. Padahal arah  rumah kami berlawanan. Saya benar-benar berterima kasih sama Sarah ketika itu.

Della Yuliani a.k.a Della
Della kalau sudah pelajaran Kimia semangat. Dulu Della pernah singgung-singgungan sama Meimei.

Dwi Nadia Rahmatunnisa a.k.a Dwi
Dwi suka misuh-misuh sama Pak Adi dan Pak Vektor (red: Pak Fadil).

Resa Fajriatul Muna a.k.a Eca
Eca kadang bawa resoles dan atau donat ke sekolah. Teman-teman sekelas sering beli, kata mereka enak.

Nadya Arisca a.k.a Nadya
Kemarin Nadya ikut Miss Smanta, bareng Ika juga. Dan ternyata Nadya juga suka fanfic, tapi seringnya baca di blog orang.

Sekarang saya sudah kelas XI, dan saya saya tidak ingin melupakan mereka begitu saja.

Sunday, July 08, 2012

Kamu mau jadi apa?

"Cita-cita w apa?"

"W masih bingung."

"Harus dipikirkan dari sekarang lho w. Kita udah kelas dua. Ntar kalau kelas tiga pasti udah mulai milih fakultas."

"Aa."

"Kalau d sih pengennya jadi dosen. Tapi Mbak Tia nyaranin jadi guru."

"..."

"Gimana pun kita harus tetep kerja w. Paling nggak punya uang yang memang sepenuhnya hak kita. Jadi suami nggak bisa ganggu gugat."

"..."

"Terus kalau pilih kerja jangan yang terlalu banyak di tempat kerja. Kita ini perempuan. Harus ngurusin anak, suami, rumah. Kita harus punya waktu untuk ngurusin itu semua."

.x.

Saya jadi kepikiran kata-kata Diera waktu saya main ke rumahnya seminggu yang lalu. Kami lagi di Warung Ijo waktu ngomongin tentang cita-cita.

Cita-cita, ya?

Cita-cita saya itu sering berubah. Dulu waktu kecil saya ingin menjadi dokter. Kemudian pindah ke balerina (ini ketika saya habis membaca Toe Shoes). Kemudian pindah ke dokter anak, kemudian ke dokter kehamilan. Kemudian pemimpin World Bank. Kemudian..., entahlah. Saya lupa.

Cita-cita saya yang paling terakhir itu ingin menjadi Duta Besar. Kemudian kalau sudah pensiun, saya akan keliling dunia dengan uang yang sudah saya kumpulkan selama bekerja. Kedengarannya menyenangkan, bukan? Bertemu dengan orang asing. Mempelajari bahasa mereka. Menemukan teman di tempat yang tidak kita duga. Melihat banyak keindahan dunia. Saya mau jadi seorang backpacker.

Tetapi kemudian saya berpikir.

Tentunya hal seperti itu memerlukan banyak pengorbanan kan? Apakah nanti saya bisa mengurus anak saya ketika menjadi Duta atau backpacker? Apakah nanti saya bisa mengurus rumah tangga saya ketika saya menjadi Duta tau backpacker? Apakah orang-orang yang berada di sekitar saya memahami dan mendukung apa yang saya lakukan?

Entahlah. Saya juga bertanya-tanya.

Kemudian Duta Besar dan backpacker saya coret dari pemikiran saya. Hal-hal seperti itu sepertinya memerlukan banyak pengorbanan. Saya tidak ingin kehidupan dewasa saya berantakan, jadi ya begitu lah. Akan tetapi untuk saat ini saya belum mencoret cita-cita saya itu sepenuhnya. Saya masih ingin bertemu dengan orang asing, mempelajari bahasa mereka, menemukan teman di tempat yang tak terduga, melihat keindahan dunia, dan..., masih banyak lagi.

Saya tidak membiarkan semuanya mengalir seperti air. Menunggu di mana saya berhenti. Karena bagi saya itu suatu kepasrahan. Saya akan 'membuat' sesuatu. Entahlah, saya belum tahu saat ini apa tepatnya yang saya ubah, yang saya lakukan dalam hidup saya. Tapi tentu nanti saya akan menemukannya. Dan ketika semua itu terjadi tentu saya akan menjadi orang yang bahagia. Karena saya menentukan, tentu saja.



Monday, July 02, 2012

I am Going to Wonderland!




ne, where are you going?
pict © the artist

 

Designed by 100 Web Hosting