Saturday, November 24, 2012

oh-so-unimportant

suatu siang, di ruang kelas sebelas ipa dua, meja nomor dua dan tiga dari depan yang dekat dinding, saat pelajaran terakhir (matematika) sedang berlangsung.

atra     : wid hape atra yang pink mana?

sy     : nggak tau. td dipake hafizh. (berhenti nyatet. td hapenya memang saya pakai untuk main game, tp karena nggak menang-menang saya kasihin ke hafizh, maksudnya biar menang gitu)

atra    : (noleh ke belakang) fizh, hape aku mana?

hafizh : (dengan gaya yang songong) mana aku tahu.

sy      : (ikutan noleh ke belakang) kan tadi hapenya sama kau fizh.

hafizh : (masih songong) kan tadi udah aku kasih kau. mana aku tahu.

sy      : mana ada kau kasih. tadi kan aku main, terus aku kasih ke kau. belum kau balikin.

hafizh : udah aku balikin kok ke kau.

sy      : nggak ada fizh.

hafizh : kau tu bilang ndak ada. ntar kaya yang fisika pula. (waktu itu saya dititipin kumpulin tugas fisika. keselip di tas. saya ngeyel nggak ada sama saya waktu harus dikumpulin. beneran lupa waktu itu. untung gurunya nggak marah)

sy      : (ngeraba kolong meja) nggak ada sama aku, kok.

hafizh : (ngeraba koceknya) nggak ada.

iudy    : (senyum-senyum) hiaaa..., ilang.

hafizh : coba aku liat dulu di tas (buka tas)

sy      : (memandang penuh harap sambil tangan saya memegang kocek lalu meraba laci)

atra    : (suara pasrah) masalahnya itu hape mamak aku.

hafizh : (selesai bongkar tasnya) nggak ada.

sy      : tapi tu yang terakhir pake tuh kau.

hafizh : ndak tau, pokoknya ndak sama aku.

sy      : (udah grogi) ya udah ntar dicari lagi (lanjut nyatet)

atra   : masalahnya itu hape...

iudy  : hiaaa..., ilang. (ni bocah rasanya mau saya telan, bukannya bantu nyari juga)

hafizh : hiaaa..., wid.

sy      : fizh, coba kau cari lagi.

hafizh : (nyari lagi) tadi tuh udah aku kasih ke kau.

sy      : (udah mikir yang nggak-nggak) ya udahlah, ntar kalo beneran ilang wd ganti. (lanjut nyatet. dalam pikiran saya : ini gimana mau gantinya? udalah uang tinggal dikit. mau bilang ke bapak juga gimana? ntar pasti dimarahin. perasaan tadi hafizh belum balikin hapenya. haaa, ntahlah.)

hafizh : abes..., ganti~

atra   : (ngomong ntah apa saya nggak denger)

beberapa menit kemudian....


hafizh : nih tra, hape kau. kasian aku liat widya tuh, pucat dah. (nyodorin hape ke atra)

atra    : (menerima dengan sumringah)

sy      : (langsung noleh ke belakang) tuh kan masih sama kau!

hafizh : (cengegesan sama iudy) mental kau tu masih rendah wid. maju ke depan jak gemetaran. aku nih ngelatih mental kau.

sy      : tp ndak gak gitu juga fizh! (marah, tp ikut nyengir)

hafizh : sore tak berdarah~ (ini kata-kata yang lagi ngetren di kelas saya. maksudnya takut sampai pucat gitu lah)

masih berlanjut (saya ngomel ke hafizh).
---

dan akhirnya saya nggak tau harus marah atau ikutan hafizh dan atra dan iudy ngetawain saya. #sigh

Saturday, November 17, 2012

Gemerisik Perang


ada gemerisik langkah di antara ilalang
bawa bambu berharap menang
terus maju walau maut menantang
tak peduli jumlah nyawa melayang

ada gemerisik titah di balik bukit
menyusun siasat untuk bangkit
buat mereka tak berkutik
terus merangsek dan menggigit

ada gemerisik doa di balik belukar
di antara tempat tidur ular
berjuang menjadi wanita tegar
walau maut menghadang semakin besar

ada gemerisik harap di antara peluh
sampai kapan mau terus mengeluh?
jalan bebas masih terlihat begitu jauh
tapi tetap akan terus kau tempuh

bukan begitu, Perjuangan?


puisi yang saya buat untuk bahan lomba mading. yang memeberi judul teman saya. dia juga merubah satu kata di bagian akhir tanpa bilang saya. tapi toh biarkan saja. malah sedikit lebih oke menurut saya.

Wednesday, November 14, 2012

Tonari no Totoro

Seminggu yang lalu waktu kumpul komunitas Japan ga Daisuki di sekolah, saya melihat-lihat folder anime salah satu kouhai saya. Dan saya menemukan Tonari no Totoro di sana, yay!

Tonari no Totoro (My Neighbor Totoro) adalah salah satu film yang ditulis dan didirected sama Miyazaki Hayao dan diproduksi oleh Studio Ghibli. Salah satu studio favorit saya.

Jadi ceritanya bermula waktu Kasukabe Tatsuo (sepertinya dia profesor universitas) bersama dua anak perempuannya--Kasukabe Satsuki dan Kasukabe Mei-- pindah ke rumah tua di desa yang lebih dekat dengan rumah sakit tempat istri sang profesor dirawat dari sakit-entah-apa. Nah, waktu pindahan itu Satsuki sama Mei menemukan kalau rumah yang mereka tempati menjadi tempat tinggal susuwatari; sejenis house spirit, bulat berduri, warna hitam. Sepertinya susuwatari ini sejenis spirit penghasil debu (?). Kata nenek yang membantu mereka bersih-bersih rumah, susuwatari bisa diusir dengan tawa. Jadi, ketika sang profesor, Satsuki, sama Mei tertawa, susuwatari terbang meninggalkan rumah.

Suatu hari waktu Satsuki pergi sekolah dan ayah mereka mengerjakan tugas-entah-apa, Mei bermain sendiri di halaman rumah. Waktu main, dia lihat (seperti) kelinci kecil yang berjalan di antara rerumputan. Mei mengikuti kelinci tersebut, yang kemudian kelinci itu masuk ke kolong rumah. Saya menganggap kelinci itu anaknya Totoro, hihi. Waktu kelinci itu mau kembali ke hutan (atau semak-semak yang lebat?) di dekat rumah keluarga Kasukabe, tidak sengaja terlihat oleh Mei. Kelinci itu segera lari, dan Mei langsung mengejar. Mei terus mengejar, hingga tidak sadar kalau ia sampai di dekat sebuah pohon yang besaaar sekali, sepertinya pohon itu dihormati sama penduduk deh. Dan ia tak sengaja masuk ke dalam pohon itu.

Dan ternyata itu adalah 'sarang' Totoro. Totoro sendiri bentuknya (menurut saya) seperti rakun raksasa yang sooo unyu. Waktu Mei masuk ke sana, Totoro lagi tidur. Mei lalu memeluk Totoro yang sedang tidur dan berbaring di atas perut Totoro. Awalnya ia menjahili Totoro, seperti misal; mengelus hidung Totoro. Totoro sendiri sempat terbangun dan memerhatikan Mei yang tengah berbaring di atas perutnya. Tapi ia tidak begitu peduli dan melanjutkan tidur. Mei pun ikut tertidur di atas perut Totoro. Kemudian ketika ia dibangunkan oleh Satsuki, ia sudah berada di halaman rumah.

Suatu malam yang hujan, Satsuki dan Mei menunggu ayah mereka pulang dari universitas di halte bus. Tapi bus yang membawa ayah mereka tak kunjung datang. Saking lamanya, Mei tertidur di gendongan Satsuki. Dan tiba-tiba saja dari belakang punggung Satsuki, muncul Totoro. Totoro hanya berdiri diam, seperti menemani mereka. Waktu itu Totoro hanya menutupi kepalanya dari hujan dengan selembar daun. Melihat itu Satsuki kemudian meminjamkan payung yang dibawanya; yang dimaksudkan untuk dipakai ayahnya nanti kepada Totoro. Totoro yang sepertinya tidak pernah pakai payung sebelumnya, merasa sangat tertarik dengan bunyi tetes hujan yang mengenai payung. Ia merasa sangat senang. Dan sebagai imbalan Totoro memberikan buntalan yang isinya bibit tumbuhan. Setelah itu, ada 'bus kucing' datang menjemput Totoro. Tak lama selepas Totoro pergi, bus yang membawa ayah Satsuki dan Mei pun datang.

Suatu hari, Satsuki mendapat telegram yang mengabarkan bahwa kepulangan ibu mereka dari rumah sakit harus ditunda. Satsuki merasa cemas dan segera menelepon ayahnya yang ketika itu sedang berada di universitas. Satsuki itu orangnya sensitif, jadi dia langsung terpikir tentang konsep kematian. Ia marah pada Mei yang berpendapat kalau ibu mereka bisa sembuh hanya dengan membawakan makanan sehat. Ia sempat meneriaki Mei. Mei sendiri juga keras kepala. Ia nekat pergi ke rumah sakit dengan berjalan kaki sambil membawa sebuah jagung yang baru dipetik dari ladang.

Kepergian Mei membuat Satsuki merasa cemas. Ia dan warga desa segera mencari Mei. Kemudian ketika Satsuki sudah lelah, ia menghampiri pohon tempat tinggal Totoro dan meminta bantuannya. Totoro kemudian memanggil bus kucing yang kemudian membawa Satsuki ke tempat Mei berada (di tengah jalan, menangis sambil memeluk jagung). Setelah itu, Satsuki dan Mei pergi ke rumah sakit tempat ibu mereka dirawat dengan bus kucing. Mereka duduk di dahan pohon dan mendengarkan obrolan ayah dan ibu. Ternyata ibu mereka harus dirawat lebih lama karena demam. Mei meninggalkan jagung yang ia bawa di tepi jendela. Setelah itu Satsuki dan Mei kembali ke desa.

Di credit penutup itu, ibu mereka pulang ke rumah. Satsuki dan Mei bermain bersama anak-anak yang lain. Dan Totoro tetap menjadi spirit yang tinggal di pohon besar dekat halaman rumah keluarga Kasukabe.

Ceritanya ringan memang. Tetapi entah kenapa saya masih terbuai oleh cerita ini sampai sekarang. Terasa seperti..., begitu mudah melekat dalam ingatan saya.



waktu Mei tidur di atas perut Totoro






rainy night






bus kucing


(picture taken from zerochan.net)


 

Designed by 100 Web Hosting