Mom tersayang.
Aku pergi ke pertemuan hari ini dan Mary mengusulkan agar aku menulis surat kepadamu meskipun kau tidak bisa membacanya. Katanya itu mungkin akan membuatku merasa lebih dekat kepadamu dan mungkin ada hal-hal yang kuharap bisa kukatakan kepadamu dulu.
Aku pergi ke rumah kita dan menuliskannya, dan aku duduk di meja dapur. Tak lama lagi rumah kita akan dijual, tapi sekarang ini aku nyaris bisa berpura-pura kau sedang berbaring di kamarmu, atau kau sedang di tempat kerja dan aku menunggumu pulang supaya kau bisa menceritakan padaku berapa orang bayi yang kaubantu kelahirannya, atau hanya untuk memelukku. Bagian terburuk mengenai datang ke sini adalah memeriksa pintu kulkas dan mencari pesan darimu, tapi tidak menemukan apa-apa. Pintunya putih dan kosong. Dan aku pun menangis lama sekali.
Aku merindukanmu, Mom. Aku berharap kau masih di sini bersama kami. Aku senang tinggal bersama Dad, tapi aku berharap kau masih ada di sini. Aku tidak mengerti kenapa kau harus diambil dariku, atau kenapa kau harus jatuh sakit, atau kenapa kau meninggal begitu cepat sementara di mana-mana banyak wanita lain berhasil mengatasinya. Bagaimana bisa seperti ini? Bisa-bisanya kau pergi begitu saja? Bisa-bisanya kau meninggalkan aku? Rasanya seolah-olah aku begitu marah padamu, Mom. Bukankah itu konyol sekali?
Ingatkah kau betapa indahnya warna musim gugur, saat kita memandang keluar dari jendela kamarmu ketika kondisimu semakin parah, dan melihat warna kuning serta merah membuat langit lebih terang? Kau berusaha begitu keras untuk melawannya, Mom. Aku benci membayangkan betapa beratnya semua itu bagimu.
Musim dingin kali ini panjang dan dingin. Aku pergi ke sekolah, tapi kebanyakan aku merasa seolah-olah berada di tengah kabut. Emma sangat manis, juga James, dan Gina baik sekali, Mom, kau nggak bakal percaya. Tapi mereka buka kau. Natal tahun ini benar-benar mengerikan.
Mary benar. Aku merasa lebih baik setelah menulis untukmu, meskipun itu membuatku menangis lebih daripada tangisku selama berbulan-bulan ini. Katanya tidak apa-apa jika aku merasa sedih, atau marah, dan bingung. Tapi rasanya nggak begitu. Sama sekali nggak.
Kurasa aku harus memberitahumu bahwa Peter baik-baik saja. Aku sudah mengatur kandangnya di rumah Dad, dan waktu aku duduk dan membelai-belai bulunya, aku teringat musim panas dan gugur kita bersama-sama, membuat album-album foto, menyantap makan malam yang dimasakkan Gina, semakin mengenal satu sama lain. Aku bisa mencoba dan membuat diriku lupa tentang betapa sulitnya semua ini bagimu pada saat-saat akhir, tapi aku nggak akan pernah melupakan betapa kuat dan betapa berani dirimu. Aku punya fotomu di atas kursi roda waktu di rumah sakit. Matamu sangat besar dan indah. Kau tampak terkejut, Mom, seolah-olah kau sedang tertangkap basah. Aku merasa seolah-olah kita sama-sama tertangkap basah saat kita benar-benar tak siap.
Aku berharap kita punya lebih banyak waktu, Mom. Kurasa itulah sebenarnya yang ingin aku katakan kepadamu. Aku berharap aku punya lebih banyak waktu bersamamu. Tapi aku bersyukur atas waktu yang kita miliki bersama. Sangat bersyukur. Saat aku nanti kembali ke rumah Dad, dan aku akan melihat-lihat album-album foto kita dan mengenang semua itu. Kurasa akan kutinggalkan surat ini untukmu di sini. Di dapur yang kosong ini. Dengan begitu kau akan tahu kalau kau pulang nanti bahwa aku sayang padamu dan aku merindukanmu. Kumohon, jangan mengkhawatirkan diriku.
Putrimu,
Claire
.x.
Mom tersayang.
Besok ulang tahunku. Aku nggak percaya aku sudah hampir tujuh belas! Dad dan James (sekarang dia sudah jadi pacarku--kau ingat James teman sekolahku, kan?) merencanakan kejutan, tapi aku harus pura-pura tidak mengetahuinya. Aku akan pura-pura terkejut.
Aku masih menyimpan kunci rumah kita, dan menanti saat yang tepat. Hari ini aku duduk di tepi sungai tempat kita dulu suka jalan-jalan dan sekonyong-konyong aku pun tahu apa yang harus kulakukan dengan kunci itu. Aku melemparnya sejauh mungkin. Kunci itu berkilau-kilau di bawah cahaya matahari, lalu tahu-tahu kunci itu sudah jatuh ke dalam air dan lenyap. Aku merasa baik-baik saja, Mom, untuk pertama kali untuk waktu yang lama, aku merasa baik-baik saja. Ketika duduk di dekat air, sepertinya aku bisa mendengar suaramu di embusan angin, memberitahuku bahwa kau baik-baik saja.
Suatu hari nanti aku akan melipat pesan ini dan menaruhnya di sungai. Tapi untuk sekarang aku akan menyimpannya di dekatku.
Aku sayang kau.
Claire.
*) taken from Life on the Refrigerator Door by Alice Kuipers page 229 - 232
*) picture taken from weheartit.com
*) picture taken from weheartit.com